MENGONTROL EMOSI DENGAN DIAM

Dalam menjalani hidup seseorang akan mengalami banyak hal dan kejadian. Ada masanya seseorang senang, sedih, risau, marah, dan galau. Setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda dan dengan tingkat kerumitan yang berbeda pula. Dalam menghadapi masalah pun seseorang akan memiliki caranya sendiri, tergantung pada kondisi emosinya. Sesungguhnya emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat menjadi motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. 
Ketika seseorang mengalami kejadian yang membuatnya kesal dan marah seperti saat beban kerja berat, banyaknya tugas yang belum selesai dan membuat otak dan pikiran kusut, atau sebab-sebab lain. Apalagi di saat sibuk luar biasa, tengah dalam tekanan kerja dan memeras otak dan jiwa serasa amat tertekan, potensi emosi cepat tersulut walaupun hanya dipicu oleh hal-hal kecil dan sepele, untuk itu kita perlu mengenali emosi kita dan mengatahui bagaimana mengontrolnya.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengontrol emosi agar tidak membahayakan diri kita maupun orang lain. Beberapa cara yang paling sering dilakukan oleh orang banyak adalah,
  • Menenangkan diri
Dengan pikiran yang tenang, maka kita bisa berpikir logis dan mencari solusi. Untuk menenangkan diri, hal yang bisa dilakukan adalah Tarik napas dalam-dalam, saat menarik napas, fokuskan pikiran pada napas yang masuk ke hidung atau bayangkan pemandangan yang indah. Lakukan berulang sehingga bisa menurunkan emosi sedikit demi sedikit. Alihkan perhatian, dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal lain seperti menonton TV atau pergi ke toilet.
  • Berempati
Empati adalah keadaan mental yang membuat kita merasakan keadaan atau pikiran orang lain. Terkadang pemicu marah adalah hal-hal sepele, untuk itu berempatilah. Contoh kecil yang bisa dilakukan ketika ada pengendara yang menyalip, berempatilah kepada dia. Mungkin dia sedang buru-buru. Dengan berempati, maka kita tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar.
  • Selalu mengingat dampak negatif yang akan terjadi
Emosi yang meluap-luap biasanya membuat kita gelap mata dan melakukan hal-hal seperti memukul, berteriak, memaki, atau merusak barang-barang yang ada. Untuk menghindari keadaan tersebut, ingatlah dampak negatif yang akan terjadi.
  • Memaafkan dan melupakan
Maafkan dengan ikhlas mereka yang pernah membuat kita emosi (misalnya menyakiti, membohongi, merendahkan, atau menjelekkan kita) dan lupakan. Dengan memaafkan dan melupakan, kita akan fokus pada hal-hal penting yang berdampak positif pada kehidupan kita kedepannya.
  • Berolahraga
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengontrol emosi adalah berolahraga seperti berjalan kaki, bermain sepak bola, lari, atau berenang. Karena akan membuat kita lebih tenang dan rileks.
Selain cara-cara diatas, Salah satu cara yang juga dapat dilakukan adalah diam tanpa melakukan apa-apa, tanpa bicara, dan tanpa komentar. Dengan melakukan aksi diam, emosi akan reda dan hal ini
dapat menghindarkan kita pada tingkat stress yang semakin tinggi. Diam bukan berarti tak mampu tetapi
memang senjata ampuh untuk
menangkal dan mengontrol emosi. Dalam keadaan diam kita cenderung dapat berpikir
jernih dan masuk akal. Oleh karenanya kebiasaan “Diam” ini wajib kita pelajari
agar komunikasi kita dengan orang-orang disekitar kita semakin akrab. Ketika sedang berbicara dengan orang lain, tentu ada saatnya kita untuk diam menyimak pembicaraan lawan bicara kita, keadaan ini juga sekaligus memberi ruang bagi kita untuk berpikir. Hal-hal yang sudah disebutkan diatas tidak bisa dengan mudah dilakukan, tetapi jika kita terus mencoba dan membiasakan diri maka kita akan terbiasa untuk mengontrol emosi pada keadaan apapun.

Sumber :

Widanti Maharani Chrystie, Tuti Hardjajani, Nugraha Arif Karyanta. 2015. Hubungan Antara Kestabilan Emosi dengan Problem Solving pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Journal of Behavior Therapy. Vol.17 page 122-132. Surakarta,Solo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Emosi Positif vs Emosi Negatif

Bagaimana Sesungguhnya Kesehatan Mental di Indonesia ?