Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

EMOSI MENYEBABKAN GENDUT ?

Gambar
Apakah benar emosi ada hubungannya dengan berat badan? Apakah benar emosi menyebabkan naiknya berat badan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terlintas di benak kita setelah membaca judul diatas.   Yap! Sesuai dengan judul dan gambar ilustrator diatas kita akan bahas bersama-sama apakah ada kaitannya antara emosi dengan naiknya berat badan (gendut). Ketika seseorang dalam keadaan emosi yang tidak stabil/buruk akan mudah mengalami stres, frustasi, dan depresi. Pernahkah kalian berpikir apa yang terjadi di dalam tubuh kalian ketika mengalami stres? Ketika mengalami stres yang berat, hormon didalam tubuh menjadi kacau dan menyebabkan metabolisme menjadi tidak seimbang. Kemampuan tubuh untuk membakar kalori, lemak, gula menjadi tidak maksimal, dan berkurangnya produksi insulin.  Pada saat stress berkepanjangan, otak  memerintahkan kelenjar adrenal untuk melepas kortisol, yang berperan dalam peningkatan nafsu makan. Stres juga mengacaukan kerja hormon p

MENGONTROL EMOSI DENGAN DIAM

Dalam menjalani hidup seseorang akan mengalami banyak hal dan kejadian. Ada masanya seseorang senang, sedih, risau, marah, dan galau. Setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda dan dengan tingkat kerumitan yang berbeda pula. Dalam menghadapi masalah pun seseorang akan memiliki caranya sendiri, tergantung pada kondisi emosinya. Sesungguhnya emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat menjadi motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.  Ketika seseorang mengalami kejadian yang membuatnya kesal dan marah seperti saat beban kerja berat, banyaknya tugas yang belum selesai dan membuat otak dan pikiran kusut, atau sebab-sebab lain. Apalagi di saat sibuk luar biasa, tengah dalam tekanan kerja dan memeras otak dan jiwa serasa amat tertekan, potensi emosi cepat tersulut walaupun hanya dipicu oleh hal-hal kecil dan sepele, untuk itu kita perlu mengenali emosi kita dan mengatahui bagaimana men

Bagaimana Sesungguhnya Kesehatan Mental di Indonesia ?

Pada negara berkembang, kesehatan mental bukanlah topik yang umum untuk dibahas, bahkan mungkin tidak dibahas sama sekali akibat stigma yang negatif. Putra Wiramuda (2017) menyatakan bahwa 4 dari 5 penderita gangguan mental belum mendapatkan penanganan yang sesuai dan pihak keluarga pun hanya menggunakan kurang dari 2% pendapatannya untuk penanganan penderita. Di Indonesia, stigma terhadap penderita menyebabkan para penderita semakin sulit untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Menurut Corrigan (2004), stigma terhadap gangguan mental semakin hari semakin memburuk. Beberapa gangguan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan sosial memiliki simtom atau gejala yakni merasa diri terisolasi dan tidak nyaman bila bertemu dengan orang lain, maka dapat dibayangkan kondisi orang dengan gangguan mental yang memiliki simtom tersebut akan semakin diperburuk dengan label negatif dari masyarakat. Akibat adanya stigma yang negatif terhadap orang dengan gangguan, penanganan yang tep